Kopi bisa cegah kerusakan otak pada penderita diabetes

Kopi. merdeka.com/Shutterstock.com/Grant Terry

Peneliti di Portugal telah menemukan bahwa konsumsi kafein dapat mencegah hilangnya ingatan yang berkaitan dengan diabetes tingkat lanjut. Ilmuwan dari University of Coimbra mengatakan bahwa ini adalah bidang penelitian yang belum banyak dikembangkan. Penelitian ini melihat bahwa diabetes tipe-2 yang tidak ditangani dengan benar bisa mempengaruhi otak da menyebabkan hilangnya ingatan serta masalah pembelajaran. Setelah mengobservasi efek dari penyakit diabetes tipe-2 pada tikus, ilmuwan menemukan bahwa degenerasi syaraf otak disebabkan oleh penyakit kronis yang sama dengan penyakit degenerasi otak lain seperti Alzheimer dan Parkinson. Pada penelitian yang diterbitkan oleh PLos One ini peneliti membandingkan empat macam tikus: diabetes, normal, dengan dan tanpa kafein. Hasilnya menunjukkan bahwa memberikan kafein, hingga delapan gelas setiap hari, pada tikus yang terkena diabetes bisa memberikan beberapa efek, antara lain: mengurangi berat badan, mengurangi kadar gula darah, mencegah hilangnya ingatan terutama pada bagian hippocampus, dan area otak yang berhenti tumbuh karena diabetes. Tikus dengan diabetes tipe-2 memperlihatkan kelainan pada synapsis mereka yang digunakan untuk menghubungkan neuron dan astrologliosis, fenomena dimana terdapat sel abnormal yang tumbuh di sekitar neuron. Namun tikus yang diberikan kopi memiliki keadaan yang lebih baik dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi kafein. Penemuan ini bisa berdampak besar pada perawatan penyakit lain seperti Alzheimer dan demensia. Meskipun begitu, peneliti tak ingin serta merta menyarankan banyak orang untuk meminum kafein delapan gelas setiap hari. "Kadar kafein yang bekerja terlalu berlebihan. Ada baiknya orang mengonsumsi kafein dengan kadar yang cukup. Ini tetap akan memberikan manfaat." Sementara itu, sebuah penelitian di tahun 2010 juga menunjukkan bahwa produk yang mengandung kafein seperti kopi dan teh bisa mencegah diabetes, setelah tikus yang mereka teliti mengalami pengurangan kadar gula darah dan menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap insulin.