Polutan yang terlepas ke udara dan lautan akibat pemanasan global ini juga bisa memicu tumor, penyakit jantung dan infertilitas. Peringatan ini muncul dalam sebuah studi internasional yang mencari hubungan antara perubahan iklim dengan keberadaan racun buatan manusia sehingga menjadi pencemar organik persisten.
Para ilmuwan prihatin atas keberadaan polusi organik persisten (Persistent Organic Pollutants / POP) karena selama beberapa dekade terakhir, materi ini terakumulasi dalam jaringan tubuh. POP juga muncul di pestisida seperti DDT dan materi kimia yang dikenal dengan nama PCB di mana sering dipakai pada barang elektronik.
Donald Cooper dari Program Lingkungan PBB mempublikasikan laporan tersebut di diskusi perubahan lingkungan PBB di Cancun, Meksiko. Menurutnya, mencairnya gletser dan lapisan es membuat POP yang sebelumnya terperangkap kini menyebar di udara dan lautan.
Peningkatan suhu juga memungkinkan penyebaran malaria lebih besar dan peningkatan konsumsi produk semprotan DDT yang berbahaya bagi manusia. Cooper juga menemukan materi berbahaya itu muncul di ASI dan di dalam darah.
“Tidak masalah apakah Anda tinggal di Kenya atau Inggris, materi yang masuk ke dalam makanan itu dapat menyebar ke seluruh dunia.”
Studi PBB menemukan bahwa terjadi peningkatkan jumlah POP dalam ASI dan darah di seluruh belahan dunia. Sebelumnya materi PCB telah dilarang karena menyebabkan kanker dan infertilitas.[ito]
0 komentar