Mendaki Puncak Salju Gunung Hermon


Liputan6.com, Jerusalem: Cuaca di kawasan Israel menjelang akhir Februari lalu memang sedang dingin-dinginnya. Meski di siang hari matahari terik, suhu udara tak lebih dari 12 derajat. Lumayan. Tapi pada malam harinya, udara dingin mencapai 4 hingga 6 derajat Celsius. Jika angin kencang disertai hujan, brrr... dinginnya begitu menusuk hingga serasa masuk ke sumsum tulang. Gaet lokal yang selalu mendampingi kami, Feras bilang bahwa musim dingin kali ini terasa yang paling menggigit.

Usai ibadat pagi dan sarapan pukul 06.00 waktu setempat, selisih waktu 5 jam lebih lambat dari Jakarta, kami bersiap-siap menuju Gunung Hermon. Gunung yang terletak di kawasan Dataran Tinggi Golan itu berada di perbatasan Suriah dan Lebanon. Namun wilayah ini sejak 1981 silam dikuasai Israel.

Bukit-bukit batu dengan punggungnya yang berbentuk indah meski gersang, menjadi pemandangan sebagian perjalanan menuju Gunung Hermon. Memang tak sepenuhnya gersang, kadang kami pun melintasi kawasan pertanian yang hijau, atau lembah perkebunan, dan hamparan separuh subur dengan puluhan sapi sedang asik mencari makanan. Beberapa bukit di kiri-kanan jalan terlihat masih agak memutih, sisa-sisa salju yang telah meleleh.

Gunung Hermon dalam bahasa Arab disebut Jabal el-Shaykh atau dalam bahasa Ibrani bernama Har Hermon. Butuh waktu sekitar 5 jam dari Jerusalem tempat kami menginap untuk sampai ke Gunung Hermon yang mempunyai ketinggian 2.814 meter di atas permukaan laut, atau sekitar 9.232 kaki. Kami berangkat menggunakan bus.

Jabal el-Shaykh tak hanya menakjubkan sebagai tempat wisata, namun juga menyimpan kisah dulu kala bersifat imani bagi para peziarah rohani. Dalam tradisi kuno yang tertera di Kitab Henokh, puncak Gunung Hermon disebut-sebut sebagai tempat malaikat Allah turun ke Bumi. Cerita tentang Nabi Henokh banyak dikisahkan dalam Kitab Kejadian, bagian dari Alkitab, Kitab Suci Perjanjian Lama. Nabi Henokh adalah kakek buyut dari Nabi Nuh.

Mencapai puncak Gunung Hermon yang menjulang tentu tidak mudah bagi para peziarah mulai dari anak-anak hingga manula. Terlebih lagi jika waktunya bertepatan dengan musim dingin, dimana salju tebal menaburi seluruh permukaan Hermon sejak dari kaki hingga puncaknya.



Rupanya pemerintah Israel jeli melihat peluang bisnis wisata ini. Projek kereta gantung pun dibuat untuk memudahkan ribuan peziarah yang selalu ramai setiap hari. Para wisatawan peziarah datang dari berbagai belahan dunia. Dengan membayar 25 dolar AS per orang, para pengunjung yang ingin ke puncak naik kereta gantung bisa sampai tujuan dengan lebih cepat. Tentu saja sambil menikmati panorama yang sangat elok.

Di satu sisi pada puncak Gunung Hermon, para wisatawan bisa bermain ski es atau menikmati papan seluncur, naik turun bukit salju ketika butiran es tersebut menutupi permukaan gunung. Di puncak ini pula, kita bisa melihat hamparan bukit-bukit indah tersapu kilauan sinar matahari.

Ketika di puncak, Anda tak perlu takut dengan keberadaan personel militer Israel yang berpatroli dan berjaga-jaga di situ sambil menenteng senjata otomatis. Mereka ramah dan selalu siap mengingatkan kita, jika kita mendekati tebing curam berbahaya.

Saking senangnya berada di puncak Gunung Hermon bersalju tebal, sampai-sampai udara dingin sekitar 4 derajat Celsius tak terlalu berasa lagi. Dua jam berlalu, kini waktunya turun gunung untuk makan siang.
Load disqus comments

0 komentar